Halaman

Kamis, 06 November 2014

Akibat Alih Fungsi Lahan, Harimau Sumatra Hanya Tinggal 184 Ekor

Humas BKSDA Provinsi Jambi, Cahya mengatakan populasi Harimau Sumatera (Phantera Tigris Sumatera) tinggal 184 ekor, jumlah ini tersebar di empat provimsi, yakni Provinsi Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Provinsi Sumatera Barat.

"Namun, data tersebut tidak ada yang pasti, jumlah populasi tersebut hanya didasarkan pada informasi masyarakat dan data gangguan satwa yang pernah terjadi," katanya di Jambi, Selasa (4/11/2014).Untuk jumlah populasi yang terdata berdasarkan data nilai tengah, kata Cahya, di perkebunan PT Wira Karya Sakti (WKS) Distrik I, II, dan VIII, jumlah Harimau Sumatera sebanyak enam ekor.

Di PT Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI) Kabupaten Batanghari, populasi harimau sekitar tujuh ekor dan di Kabupaten Muarojambi sekitar lima ekor. Sementara di Kabupaten Merangin, BKSDA provinsi Jambi mengaku tidak mengetahuinya. Namun demikian, berdasarkan data yang ada, jumlahnya sekitar 166 ekor.

“Dari tahun ke tahun, populasi Harimau Sumatera semakin langka, banyak penyebab langkanya populasi Harimau Sumatera ini, seperti alih pungsi lahan dan konflik masyarakat dan satwa,” katanya.

Berdasarkan data yang dirangkum, dari tahun 2011 ada beberapa kasus besar konflik masyarakat dengan satwa. Di antaranya adalah munculnya beberapa ekor Harimau pemangsa di daerah pemukiman masyarakat di Bayung Lincir.

Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi, dua Harimau Sumatera mati tersengat listrik, kemudian di tahun 2012 hingga 2013, munculnya seekor Harimau Sumatera dari daerah Tanjung Jabung Barat dan mengelilingi beberapa Kabupaten yang menyebabkan beberapa orang luka dan meninggal dunia.

Selain konflik masyarakat dan harimau, di Jambi baru-baru ini juga terjadi konflik masyarakat dan satwa lainnya, seperti konflik manusia dengan gajah di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan konflik manusia dengan buaya di Kabupaten Tebo.

Peyebab konflik masyarakat dengan satwa itu kata Cahya, karena banyak yang membuka pertambangan dan penebangan hutan, satwa pun merasa terganggu.

“Sebenarnya kalau wilayah jelajah mereka tidak dirusak sepertinya mereka tidak mengganggu, mereka tidak akan keluar, kalau dirusak mereka mau kemana lagi mencari makan dan minum,” kata Cahya. (Ant/Zamrudtv)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar